IKPI Kembali Tarik 11 Pensiunan Pejabat Jadi Anggota Kehormatan IKPI, Ketua Umum: Ini Penguatan Strategis Jaringan dan Pemikiran Perpajakan

IKPI, Jakarta: Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) kembali menegaskan perannya sebagai pusat pemikiran perpajakan nasional dengan mengumumkan bergabungnya 11 pensiunan pejabat tinggi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai anggota kehormatan. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum IKPI, Vaudy Starworld, dan Ketua Departemen Hukum IKPI, Ratna Febrina, dalam rapat pleno organisasi yang digelar baru-baru ini.

“Kami menyambut hangat para tokoh perpajakan ini ke dalam keluarga besar IKPI. Ini bukan hanya kehormatan, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat jaringan dan memperkaya perspektif kami dalam membahas dinamika peraturan perpajakan di Indonesia,” ujar Vaudy.

(Foto: Departemen Humas PP-IKPI/Bayu Legianto)

Ketua Departemen Hukum IKPI, Ratna Febrina, menegaskan bahwa pengangkatan ini telah melalui proses yang sah dan sesuai ketentuan organisasi. “Bergabungnya para pensiunan pejabat DJP ini sudah sepenuhnya sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART) IKPI. Penetapan sebagai anggota kehormatan ini merupakan bentuk penghargaan atas dedikasi dan kontribusi mereka selama ini dalam dunia perpajakan Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ratna mengatakan kehadiran mereka akan menjadi katalis penguatan kualitas diskursus perpajakan di internal organisasi.

“Mereka bukan sekadar anggota kehormatan, melainkan mitra strategis dalam membagi pengalaman, ilmu, dan wawasan yang sangat relevan,” tegasnya.

Inilah 11 Pensiunan Pejabat DJP yang Resmi Bergabung sebagai Anggota Kehormatan IKPI:

Ken Dwijugiasteadi

Mantan Direktur Jenderal Pajak (2015), alumni Opleidings Institute Financien, Belanda. Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menkeu dan Kepala Kanwil DJP Kalimantan Timur.

Catur Rini Widosari

Pernah menjabat Direktur Keberatan dan Banding serta Kepala Kanwil DJP Jawa Barat III. Lulusan Master of Business Taxation dari USC, AS.

Dodik Samsu Hidayat

Mantan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, serta Kepala Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara. Lulusan Master of Laws in Taxation.

Muhammad Ismiransyah M. Zain

Pernah menjadi Kepala Kanwil DJP Jakarta Timur dan Pengkaji Bidang Pelayanan Perpajakan. Bergelar MBA.

Cucu Supriatna

Mengemban banyak posisi strategis, termasuk sebagai Kepala Kanwil DJP Banten dan Kalimantan Selatan. Bergelar Magister Hukum dari Universitas Indonesia.

Arfan

Pernah menjabat sebagai Sekretaris DJP, Kepala Kanwil DJP Jakarta Timur. Bergelar MBA dari Saint Mary’s University, Halifax, Kanada.

Lucia Widhiharsanti

Mantan Kepala Kanwil DJP Jawa Barat III yang telah berkontribusi panjang dalam sektor pelayanan perpajakan.

Yuli Kristiyono

Mantan Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi SDM DJP, dan pernah menjabat sebagai Direktur Penegakan Hukum DJP. Dikenal luas dalam pengembangan internal DJP.

Yoyok Satiotomo

Pernah menjabat sebagai Kepala Kanwil DJP Jabar I, dengan pengalaman luas dalam tata kelola dan pelayanan fiskal.

Harry Gumelar

Menjabat sebagai Kepala Kanwil DJP Jawa Barat II sebelum pensiun.

Mukhtar

Mantan Kepala Kanwil DJP Sumatera Utara I, berpengalaman panjang dalam pengawasan wilayah-wilayah strategis.

Dengan latar belakang dan pengalaman yang luas, kehadiran mereka diyakini akan memperkuat posisi IKPI sebagai mitra kritis sekaligus strategis bagi pemerintah dan dunia usaha dalam bidang perpajakan.

“Kolaborasi ini akan memperkaya pemahaman anggota IKPI dan publik terhadap arah kebijakan pajak Indonesia ke depan,” kata Vaudy. (bl)

IKPI Imbau Anggota Siaga Hadapi Downtime Layanan DJP 11 dan 13–14 Juni 2025

IKPI, Jakarta: Ketua Departemen Humas Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), Jemmi Sutiono, mengingatkan seluruh anggota IKPI serta penyedia jasa aplikasi perpajakan untuk segera mengantisipasi adanya gangguan layanan sistem elektronik Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dijadwalkan terjadi pada 11 dan 13-14 Juni 2025.

Pernyataan ini disampaikan menyusul surat pemberitahuan resmi dari DJP (Nomor S-125/PJ.12/2025) mengenai pemeliharaan sistem TIK yang berdampak pada downtime situs pajak.go.id serta seluruh layanan elektronik DJP, termasuk e-Faktur, e-Bupot, e-Filing, dan sistem lainnya.

“Anggota IKPI di seluruh Indonesia kami minta untuk bersiap menghadapi downtime ini. Pastikan pekerjaan yang bersifat krusial, seperti pelaporan dan pemrosesan administrasi perpajakan, tidak dijadwalkan dalam rentang waktu yang terdampak,” ujar Jemmi, Rabu (11/6/2025).

Jemmi menegaskan bahwa downtime yang akan berlangsung dua kali—pada Rabu, 11 Juni 2025 pukul 18.30–20.30 WIB dan Jumat, 13 Juni pukul 19.00 WIB hingga Sabtu, 14 Juni 2025 pukul 05.00 WIB—berpotensi menghambat layanan konsultan terhadap klien bila tidak diantisipasi sejak dini.

“Waktu perawatan ini memang pendek, tapi dampaknya bisa signifikan jika anggota tidak melakukan perencanaan. Kami harap semua pihak memeriksa kembali jadwal layanan digitalnya dan menyampaikan informasi ini juga kepada para wajib pajak binaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jemmi juga mengajak DJP untuk terus memastikan jalur komunikasi terbuka, termasuk memberikan notifikasi real-time jika terjadi perpanjangan waktu atau gangguan teknis di luar jadwal yang telah diumumkan.

“Kolaborasi yang baik antara otoritas pajak, konsultan, dan wajib pajak sangat penting untuk menjaga kelancaran sistem perpajakan digital kita,” ujarnya. (bl)

IKPI Banten: Perlu Kepastian Hukum dan Perlindungan Pelapor dalam Tata Kelola IDLP

IKPI, Tangerang: Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Pengurus Daerah (Pengda) Banten, menegaskan pentingnya kepastian hukum dan perlindungan terhadap pelapor sebagai kunci sukses tata kelola Identifikasi Data Laporan Pihak Ketiga (IDLP) dalam sistem perpajakan nasional. Hal ini disampaikannya Ketua IKPI Pengda Banten, Kunto Wiyono dalam Forum Interview Evaluasi Risiko Strategis yang digelar bersama Komite Pengawas Perpajakan (Komwasjak) di Sekretariat IKPI Pengda Banten, 4 Juni 2025.

“Partisipasi publik hanya akan optimal bila hak-hak pelapor dijamin dan ada kepastian hukum yang melandasi seluruh prosesnya,” ujar Kunto.

(Foto: DOK. IKPI Pengda Banten)

Menurutnya, forum ini menjadi wadah strategis antara regulator dan praktisi untuk membahas isu-isu krusial dalam pelaporan IDLP. Di antaranya, lonjakan tren pengaduan pasca-berlakunya PMK-2/PMK.09/2023, ketimpangan perlakuan terhadap Wajib Pajak (WP), serta integrasi sistem pelaporan ke Coretax DJP.

Ditegaskannya, IKPI Banten menyoroti sejumlah tantangan, mulai dari belum adanya pengaturan eksplisit mengenai posisi hukum pelapor, hingga keterbatasan dalam menyampaikan umpan balik karena ketentuan kerahasiaan data WP sebagaimana diatur Pasal 34 UU KUP.

(Foto: DOK. IKPI Pengda Banten)

“Ini dilema klasik antara perlindungan data dan hak pelapor. Perlu kebijakan yang imbang agar IDLP tidak kehilangan efektivitas,” tambah Kunto.

Kunto juga menyinggung problematika lain seperti:

• Ketidakpastian tarif final 0,5% untuk UMKM menurut PP 55/2022 yang masih membingungkan pelaku usaha.

• Perlunya evaluasi batas omzet UMKM Rp4,8 miliar agar selaras dengan realitas ekonomi nasional.

• Praktik Transaksi Bukan Sebenarnya (TBS) yang kian marak karena WP menghindari beban tarif progresif di SPT Tahunan.

 

(Foto: DOK. IKPI Pengda Banten)

“Kasus TBS menandakan adanya ketidakpastian sistemik. Yang dibutuhkan bukan hanya pengawasan, tapi juga ruang pengungkapan yang sehat dan berkeadilan,” jelasnya.

Ia menegaskan, IKPI Banten mendorong redefinisi konsep whistleblowing dalam perpajakan agar tak terbatas pada pengaduan terhadap aparatur DJP, namun juga mencakup pelaporan potensi pajak dari pihak ketiga.

Kunto juga menekankan bahwa sinergi antara Komwasjak dan IKPI merupakan fondasi penting untuk membangun tata kelola perpajakan yang kredibel, adil, dan partisipatif. “IDLP adalah instrumen masa depan. Jika dikelola dengan baik, ia akan menjadi motor penggerak ekstensifikasi dan kepatuhan sukarela yang berkelanjutan,” ujarnya.

Hadir dari Komwasjak:

• Wachid Hasyim, Pembina / IVa – Kepala Subbagian Pengaduan dan Mediasi II

• Taufik Febriwidianto, Penata Muda Tk I / IIIb – Pelaksana

• Muh Arman Kurniawan, Pengatur Tk I / IId – Pelaksana

Dari IKPI Pengda Banten:

• Kunto Wiyono (Ketua)

• Michael (Sekretaris)

• Rudi Hartono (Sie Hukum)

• Nurani Utami dan Torang S. Siagian (Sie PPL)

• Nasrullah dan Riyan Haris (Sie Humas). (bl)

Ratna Febrina Tegaskan Kewenangan Ketua Umum IKPI Tunjuk Pengganti Waketum yang Berhalangan Tetap

IKPI, Jakarta: Ketua Departemen Hukum Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), Ratna Febrina, menegaskan bahwa Ketua Umum IKPI memiliki kewenangan penuh untuk menunjuk pengganti Wakil Ketua Umum (Waketum) yang mengalami kondisi berhalangan tetap. Penegasan ini disampaikannya dalam Rapat Pleno yang diselenggarakan di Gedung IKPI, Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (9/6/2025).

Rapat pleno tersebut dihadiri oleh Ketua Umum IKPI, Ketua Pengawas, Sekretaris Umum serta jajaran pengurus pusat dan anggota pengawas. Agenda utama rapat adalah mendengarkan pembacaan dan interpretasi aturan organisasi yang terkait dengan penggantian posisi Wakil Ketua Umum yang lowong karena alasan tertentu.

Dalam paparannya, Ratna membacakan isi Anggaran Rumah Tangga (ART) IKPI, khususnya Pasal 12 Ayat 20, yang menjadi dasar hukum atas proses pergantian pejabat tinggi di tubuh organisasi tersebut.

“Dalam Pasal 12 Ayat 20 ART IKPI dijelaskan bahwa Ketua Umum memiliki kewenangan untuk menunjuk pengganti Wakil Ketua Umum dalam hal yang bersangkutan berhalangan tetap. Namun, penunjukan ini harus dilakukan setelah Ketua Umum mendengarkan pendapat dari rapat pleno,” ujar Ratna.

Rapat pleno ini merupakan forum resmi internal organisasi IKPI yang digunakan untuk membahas berbagai kebijakan strategis, termasuk penunjukan dan penggantian pejabat struktural.

Ratna menekankan bahwa rapat yang digelar hari ini merupakan bagian dari proses legal dan prosedural untuk menampung aspirasi dan pendapat dari para pengurus, sebelum Ketua Umum menentukan langkah selanjutnya.

“Hari ini kita menyelenggarakan rapat pleno sebagai bentuk pelaksanaan mekanisme organisasi yang sah. Jadi, keputusan apa pun yang nantinya diambil oleh Ketua Umum memiliki dasar yang kuat, baik secara administratif maupun normatif,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa situasi “berhalangan tetap” sebagaimana disebutkan dalam ART mengacu pada kondisi di mana Wakil Ketua Umum tidak lagi dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara permanen, baik karena alasan kesehatan, hukum, atau sebab-sebab lain yang dianggap memenuhi kriteria ketidakhadiran tetap.

“Penunjukan pengganti bukanlah keputusan sepihak yang tanpa dasar. Ini adalah kewenangan prerogatif Ketua Umum yang diberikan oleh ART, namun tetap harus melewati rapat pleno sebagai bentuk check and balance dalam organisasi,” jelas Ratna.

Dengan demikian, lanjutnya, segala proses yang dijalankan hari ini merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas, keberlanjutan, dan profesionalitas organisasi IKPI di tengah tantangan dinamika perpajakan nasional yang terus berkembang.

Rapat pleno yang berlangsung secara tertib ini juga mendapat apresiasi dari berbagai unsur pengurus pusat. Mereka menyambut baik transparansi dan keterbukaan dalam proses penunjukan pejabat struktural, sekaligus mendorong agar IKPI tetap konsisten menegakkan prinsip tata kelola organisasi yang baik.

Sementara itu, Ketua Umum IKPI belum menyampaikan nama calon pengganti Wakil Ketua Umum yang akan ditunjuk. Namun berdasarkan jalannya rapat dan landasan hukum yang telah disampaikan, diperkirakan keputusan akan diumumkan dalam waktu dekat.

Sekadar informasi, peserta rapat pleno merupakan Pengurus Pusat dan Pengawas IKPI. Hal ini seperti diamanat dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). (bl)

Panitia Terima 16 Karya Desain Logo HUT 60 IKPI, Ketum Vaudy: Saya Harap Semua Anggota Aktif Terlibat Kegiatan

IKPI, Jakarta: Panitia HUT ke-60 Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) resmi menerima 16 karya desain logo dari peserta yang terdiri atas anggota dan pegawai IKPI. Lomba ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam menyambut ulang tahun organisasi profesi konsultan pajak tertua di Indonesia tersebut.

Ketua Umum IKPI, Vaudy Starworld, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar lomba desain, melainkan upaya untuk memperluas partisipasi seluruh elemen dalam organisasi.

“Saya harap semua anggota aktif terlibat dalam seluruh kegiatan IKPI, tidak hanya hadir di rapat atau acara formal, tetapi juga di kegiatan kreatif seperti ini,” ujar Vaudy, Minggu (8/6/2025).

Dari 17 karya yang masuk, satu dinyatakan tidak memenuhi syarat karena bukan berasal dari anggota atau pegawai IKPI. Sehingga, total peserta yang sah berjumlah 16 orang.

Adapun proses penilaian dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, seluruh anggota IKPI akan diajak berpartisipasi dengan memilih lima karya terbaik secara independen. Untuk menjamin objektivitas, identitas pembuat logo tidak akan dicantumkan selama proses pemungutan suara.

“Anggota akan diminta memilih langsung lima desain sekaligus, bukan hanya satu. Ini supaya keterlibatan mereka terasa nyata dalam menentukan arah visual organisasi,” kata Vaudy.

Lima desain dengan suara terbanyak akan masuk ke tahap kedua, di mana tim penilai yang terdiri dari empat organ Pengurus Pusat, Pengawas, Dewan Kehormatan, dan Dewan Penasehat akan memilih satu logo pemenang.

Logo terpilih nantinya akan digunakan sebagai identitas visual resmi HUT ke-60 IKPI sepanjang bulan Agustus 2025.

“Nanti, ketua panitia HUT, Pak Nuryadin turut mengoordinasikan jalannya lomba, termasuk memastikan syarat dan ketentuan sayembara dipenuhi. Panitia juga telah mencatat daftar lengkap nama-nama peserta yang lolos seleksi administrasi,” ujarnya.

Daftar peserta:

• Amalia Rahmadani

• Randi R

• Marco Lie

• Margareth Lie

• Nanang Bramita

• Luthfi Arkan

• Imora Kamul

• Tri Sari Malinda Siregar

• Fakhrul Arifin

• Sarah Suciawati

• Ikbal Renjana

• Sholatiah

• Tintje Beby

• Andreas Budiman

• Pipi Yenfi

• Rubialam

Melalui kegiatan ini, IKPI ingin menegaskan pentingnya kebersamaan dan kontribusi aktif setiap individu dalam memperkuat eksistensi organisasi. “Semakin banyak anggota yang terlibat, semakin kuat rasa memiliki kita terhadap IKPI,” kata Vaudy.

Sementara itu, Ketua Panitia HUT IKPI, Nuryadin Rahman, menambahkan bahwa pemilihan logo menjadi bagian penting dalam menggambarkan makna kedewasaan IKPI yang telah memasuki usia 60 tahun.

“Intinya ini kan hari ulang tahun IKPI yang ke-60. Ini bukan usia muda lagi, sudah matang. Karena itu, logo pun harus bisa mencerminkan kedewasaan itu,” jelas Nuryadin.

Ia menekankan pentingnya ruang kreatif bagi anggota untuk menuangkan ide-ide segar melalui sayembara ini. “Kami beri kesempatan kepada anggota bahkan pegawai IKPI untuk mengekspresikan kreativitas dan inovasi mereka dalam bentuk logo. Ini adalah langkah positif dari pengurus pusat untuk melibatkan anggota secara langsung,” ujarnya.

“Kita ingin minggu depan sudah ada pemenang logo. Karena dari logo itu nanti akan muncul tema besar HUT. Logo ini tidak sekadar visual, tapi juga mengandung filosofi yang akan mewarnai seluruh rangkaian kegiatan HUT,” ujar Nuryadin.

Diungkapkannya, logo terpilih akan mulai digunakan sejak pembukaan rangkaian kegiatan HUT pada 7 Juli mendatang. Rangkaian kegiatan mencakup berbagai acara seperti turnamen golf, fun bike, donor darah nasional, seminar, hingga puncak peringatan pada 27 Agustus.

Sekadar informasi, sayembara ini dikhususkan untuk anggota dan pegawai IKPI sebagai peserta.

Sayembara ini menawarkan total hadiah sebesar Rp 5.000.000 lengkap dengan sertifikat penghargaan. Rinciannya, pemenang utama akan mendapatkan Rp 3.500.000, sedangkan satu finalis lainnya akan memperoleh Rp 1.500.000. Panitia mengingatkan bahwa pajak hadiah ditanggung oleh pemenang. (bl)

IKPI Gelar Diskusi Panel Nasional: Kupas Efektivitas Tax Amnesty untuk Dorong Penerimaan Negara

IKPI, Jakarta: Dalam rangka melanjutkan kajian strategis terhadap peningkatan penerimaan pajak dan reformasi kebijakan fiskal di Indonesia, Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) kembali menggelar sebuah forum diskusi panel nasional bertajuk “Tax Amnesty: Efektifkah Mengakselerasi dan Mendongkrak Penerimaan Pajak?”. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian seri diskusi yang telah dilaksanakan oleh IKPI untuk membedah isu-isu krusial dalam sistem perpajakan Indonesia, yang sebelumnya telah mengangkat topik tentang Tax Ratio dan optimalisasi peran Badan Penerimaan Negara.

Ketua Umum IKPI, Vaudy Starworld, menyampaikan bahwa penyelenggaraan forum ini merupakan bentuk komitmen IKPI untuk terus berkontribusi secara aktif dalam pembangunan sistem perpajakan yang lebih adil, transparan, dan efektif.

Menurutnya, isu tax amnesty atau pengampunan pajak kembali menjadi sorotan di tengah upaya pemerintah untuk mencari strategi baru dalam mengakselerasi penerimaan negara, terutama di tengah dinamika ekonomi global dan kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin besar.

“Tema Tax Ratio dan Badan Penerimaan Negara telah kita dalami bersama dalam dua seri diskusi sebelumnya. Kini, IKPI menghadirkan forum diskusi yang membahas efektivitas kebijakan tax amnesty sebagai salah satu instrumen untuk mendongkrak penerimaan pajak. Diskusi ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang tukar gagasan, tetapi juga memberikan rekomendasi konkret dalam perumusan kebijakan fiskal nasional,” ungkap Vaudy, Sabtu (7/6/2025).

Diskusi panel yang akan digelar pada Jumat, 13 Juni 2025 pukul 15.00–18.00 WIB melalui platform Zoom Meeting ini, menghadirkan para narasumber yang memiliki rekam jejak dan keahlian mumpuni di bidang perpajakan dan kebijakan publik. Mereka antara lain:

• Dr. Robert Pakpahan, Ak., Direktur Jenderal Pajak RI periode 2017–2019, yang dikenal sebagai salah satu arsitek reformasi pajak digital. Saat ini merupakan Anggota Kehormatan IKPI.

• Ir. Harry Gumelar, M.Sc., Direktur dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (2011–2024), sekaligus Ketua Umum Persatuan Ahli Digitalisasi Pajak Indonesia (2024–sekarang). Saat ini merupakan Anggota Kehormatan IKPI.

• Ajib Hamdani, S.E., analis kebijakan ekonomi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), yang aktif mengawal isu reformasi fiskal dan investasi.

• Dr. Heru R. Hadi, Ak., S.H., M.H., C.P.A., akademisi dari Universitas Brawijaya Malang, yang juga pakar hukum perpajakan dan tata kelola fiskal. Saat ini merupakan Anggota Dewan Penasehat IKPI.

Diskusi ini akan dipandu oleh moderator berpengalaman, Hung Hung Natalya, S.E., S.H., Ms in Finance, C.Med., merupakan anggota IKPI dan pernah menjadi pengurus pada Departemen Pendidikan Pengurus Pusat IKPI periode 2019–2024.

Selain menjadi forum ilmiah, kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi ajang peningkatan kompetensi dan wawasan praktisi perpajakan, baik anggota IKPI maupun masyarakat luas yang berkecimpung di sektor perpajakan, hukum, ekonomi, hingga pemerintahan. Oleh karena itu, acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya (gratis), sebagai bagian dari kontribusi IKPI dalam mencerdaskan dan memperkuat ekosistem perpajakan nasional.

Bagi masyarakat yang ingin bergabung, dapat melakukan registrasi melalui tautan berikut: https://bit.ly/DiskusiPanelTaxAmnesty

Dengan semakin meningkatnya tantangan penerimaan negara dan kebutuhan akan reformasi kebijakan fiskal yang adaptif, Vaudy berharap diskusi ini dapat memberikan perspektif baru dalam menjawab pertanyaan kunci: apakah tax amnesty benar-benar mampu menjadi solusi jangka panjang atau sekadar tambalan sesaat bagi penerimaan negara?. (bl)

Pembentukan Ditjen SPSK Momentum Strategis Perkuat Profesi Keuangan

IKPI, Jakarta: Kementerian Keuangan resmi membentuk Direktorat Jenderal Stabilitas dan Penguatan Sektor Keuangan (Ditjen SPSK) sebagai bagian dari reorganisasi kelembagaan yang lebih luas. Pembentukan direktorat baru ini dinilai sebagai momentum strategis untuk memperkuat ketahanan sistem keuangan sekaligus memberdayakan profesi keuangan di Indonesia.

Hal ini disampaikan Research Fellow dari Universitas Islam Internasional Indonesia, Lury Sofyan dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (3/6/2025).

“Reorganisasi ini bukan hanya tentang struktur, tapi soal strategi. Ditjen SPSK punya peran ganda, menjaga stabilitas makro keuangan dan membina profesi keuangan yang menjadi ujung tombak sistem keuangan nasional,” ujar Lury.

Menurutnya, Ditjen SPSK merupakan hasil penggabungan fungsi dari sejumlah institusi, seperti sebagian Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta Pusat Pembinaan Profesi Keuangan. Langkah ini dianggap sebagai respons terhadap kebutuhan pengelolaan risiko keuangan yang semakin kompleks di tengah gejolak global.

Profesi Keuangan, Pilar Stabilitas

Lury menekankan bahwa profesi keuangan memiliki peran yang tak kalah penting dibanding institusi perbankan dalam menjaga integritas sistem keuangan.

“Skandal-skandal besar di dunia keuangan mulai dari Enron, Subprime Mortgage, hingga praktik penghindaran pajak global membuktikan bahwa profesi seperti akuntan, penilai, konsultan pajak, dan aktuaris adalah garda terdepan. Jika peran mereka dikelola dengan baik, mereka bisa jadi pelindung stabilitas,” ujarnya.

Namun, lanjut Lury, jumlah profesi keuangan di Indonesia masih jauh dari ideal. Berdasarkan data Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) per 2024, Indonesia hanya memiliki 1.633 akuntan publik, 833 penilai publik, 7.390 konsultan pajak, dan 242 aktuaris.

“Dengan ekonomi yang makin dinamis dan jumlah pelaku usaha yang terus bertambah, angka ini jelas tidak mencukupi. Ditjen SPSK harus memimpin upaya percepatan pengembangan SDM di bidang ini,” tegasnya.

“Ditjen SPSK harus memfasilitasi link-and match antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan pasar profesi keuangan. Ini bukan semata urusan teknis, tetapi menyangkut masa depan stabilitas ekonomi nasional,” ujarnya.(bl)

Wakil Ketua Pengda: Pengurus Baru IKPI Bitung Diharapkan Jadi Motor Pengembangan di Indonesia Timur

IKPI, Bitung: Pelantikan pengurus baru Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Cabang Bitung yang digelar pada Jumat, 30 Mei 2025, di Gedung IKPI, Pejaten, Jakarta Selatan menjadi momen penting bagi kemajuan organisasi di kawasan timur Indonesia.

Hadir mewakili Ketua Pengurus Daerah Sulawesi, Maluku, dan Papua, Wakil Ketua Yuli Rawun menyampaikan harapan besarnya kepada pengurus yang baru saja dilantik. Ia menekankan bahwa kehadiran kepengurusan baru ini tidak hanya penting bagi internal organisasi, tetapi juga diharapkan mampu menjadi motor penggerak terbentuknya cabang-cabang baru di wilayah timur Indonesia.

“Saya berharap pengurus IKPI Cabang Bitung yang baru bisa menjadi pelopor terbentuknya Cabang Palu dan Cabang Sorong. Kedua wilayah ini sudah memiliki lebih dari enam anggota, dan kini butuh dorongan kepemimpinan serta koordinasi untuk berkembang menjadi cabang resmi,” ujar Yuli Rawun, Selasa (3/6/2025).

Ia juga menyoroti bahwa dengan terbentuknya Cabang Bitung, Pengda Sulawesi, Maluku, dan Papua kini mengemban tanggung jawab besar untuk segera menetapkan batas wilayah organisasi yang jelas.

Hal ini penting mengingat IKPI Cabang Bitung sebelumnya berada di bawah naungan IKPI Cabang Manado, yang wilayahnya mencakup Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara (Suluttenggomalut), serupa dengan cakupan wilayah Kanwil DJP Suluttenggomalut.

“Dengan Bitung berdiri sendiri sebagai cabang, maka Pengda perlu segera menyusun batas wilayah yang tegas antara Manado dan Bitung agar tidak terjadi ambiguitas dalam pelayanan dan keanggotaan,” tegas Yuli.

Menurutnya, langkah ekspansi ini sangat penting untuk memperluas jangkauan peran IKPI sebagai organisasi konsultan pajak tertua dan terbesar di Indonesia. “Sudah saatnya IKPI dikenal luas, tidak hanya di Jakarta dan Jawa, tetapi juga sampai ke Sulawesi, Maluku, dan Papua,” tegasnya.

Yuli juga menyatakan bahwa dengan semakin meratanya keberadaan IKPI di berbagai wilayah, maka kepatuhan Wajib Pajak akan lebih mudah diwujudkan. “Pengurus baru Bitung harus aktif mengedukasi masyarakat dan membantu mensosialisasikan aturan perpajakan, agar peran konsultan pajak benar-benar terasa hingga ke pelosok negeri,” katanya.

Acara pelantikan ini dihadiri oleh Ketua Umum Vaudy Starworld dan jajaran pengurus pusat, Dewan Penasehat dan Anggota Dewan Kehormatan IKPI. “Semoga ini menjadi titik awal semangat baru untuk mendorong pertumbuhan organisasi yang lebih merata dan inklusif di seluruh Indonesia,” ujar Yuli. (bl)

IKPI Dorong Anggota Kembangkan Diri, Peresmian Thoha Building Jadi Simbol Kesuksesan Konsultan Pajak Muda

IKPI, Bogor: Ketua Departemen Pengembangan Organisasi Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), Nuryadin Rahman, mengajak seluruh anggota IKPI untuk terus mengembangkan diri, baik dalam aspek keilmuan perpajakan maupun dalam hal manajemen usaha. Menurutnya, konsultan pajak saat ini tidak cukup hanya menguasai teori, tetapi juga harus mampu mengelola pekerjaan dengan baik agar dapat membangun kantor sendiri dan memiliki banyak klien.

“Di IKPI, banyak contoh anggota yang sukses dan bisa menjadi inspirasi. Salah satunya adalah Pak Hijrah Hafiduddin dari IKPI Cabang Kota Bogor,” ujar Nuryadin dalam acara peresmian Thoha Building, kantor konsultan pajak milik Hijrah Hafiduddin, di Bogor, Sabtu (1/6/2025).

Gedung representatif yang diberi nama Thoha Building ini tidak hanya berfungsi sebagai kantor, tetapi juga menjadi tempat pertemuan, kegiatan masyarakat sekitar, serta edukasi perpajakan. Di dalamnya akan diadakan sosialisasi perpajakan hingga kursus brevet bagi masyarakat umum.

(Foto: Istimewa)

Ketua Umum IKPI, Vaudy Starworld, yang juga hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat atas peresmian gedung tersebut.

“Thoha Building adalah contoh nyata bahwa konsultan pajak bukan hanya profesi, tetapi juga bisa menjadi jalan kewirausahaan yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Ini menjadi inspirasi tidak hanya bagi anggota muda, tetapi juga para senior,” ujar Vaudy.

Hijrah Hafiduddin sendiri, meski masih berusia muda, telah berhasil membangun gedung kantor konsultan pajak yang megah di wilayah Bogor. Keberhasilannya dianggap mencerminkan semangat dan visi baru yang tengah dibangun di tubuh IKPI.

“Gedung ini bukan hanya milik saya pribadi, tetapi juga untuk masyarakat. Kami ingin berkontribusi dalam memberikan edukasi perpajakan secara luas, serta membuka ruang interaksi yang bermanfaat bagi komunitas,” kata Hijrah.

Peresmian Thoha Building ini diharapkan menjadi pemantik semangat bagi seluruh anggota IKPI untuk terus berkembang, berinovasi, dan membangun eksistensi sebagai konsultan pajak yang profesional sekaligus kontributif bagi masyarakat. (bl)

Pakar Kebijakan Fiskal UI: BPN Harus Didukung SDM dan Sistem Pajak yang Efektif

IKPI, Jakarta: Pakar Kebijakan Fiskal Universitas Indonesia (UI) Dr. Ning Rahayu, M.Si., menegaskan bahwa pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN) tidak serta-merta menjadi solusi mujarab untuk meningkatkan rasio perpajakan Indonesia. Menurutnya, reformasi kelembagaan harus dibarengi dengan perbaikan mendasar dalam sistem administrasi perpajakan, penguatan sumber daya manusia (SDM), serta peningkatan keadilan dan transparansi fiskal.

Dalam diskusi panel bertajuk “Masa Depan Fiskal Indonesia: Apakah BPN Solusinya?” yang digelar di Gedung IKPI, Jakarta, Jumat (30/5/2025), Ning mengingatkan bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan tax ratio terendah di ASEAN, meski penerimaan negara mengalami tren kenaikan sejak 2021.

“Tax ratio mencerminkan kepatuhan wajib pajak dan efektivitas sistem perpajakan. Meski penerimaan naik, kalau tax ratio tetap rendah, artinya ada yang belum beres,” ujarnya.

Merujuk pada hasil studi OECD dan berbagai literatur internasional, Ning menjelaskan bahwa banyak reformasi perpajakan di dunia gagal karena tidak diikuti restrukturisasi administrasi pajak yang permanen dan manajemen SDM yang mumpuni. Ia menekankan bahwa sistem yang efektif justru menjadi kunci utama dalam mempersempit compliance gap dan meningkatkan tax ratio.

“Kita tidak bisa hanya ‘ganti baju’. Kalau SDM-nya sama, strukturnya tidak fleksibel, teknologi minim, dan tidak ada komitmen pelayanan publik, maka hasilnya akan nihil,” tegasnya.

Belajar dari Korea Selatan

Mengambil contoh Korea Selatan yang sukses membentuk Korean National Tax Service (KNTS) tahun 2000, Ning menyoroti pentingnya visi reformasi yang menyeluruh dan fokus pada efisiensi, transparansi, serta pelayanan publik. Ia menilai Korea berhasil karena ada konsolidasi lembaga pajak, penguatan hukum, dan modernisasi sistem berbasis digital.

“KNTS dibentuk bukan hanya untuk mengumpulkan pajak, tapi juga untuk melayani, membimbing, dan mengedukasi wajib pajak,” jelasnya.

Dalam paparannya, Ning mengungkapkan berbagai kelemahan struktural yang masih melilit otoritas pajak Indonesia saat ini. Mulai dari terbatasnya kewenangan dalam struktur internal, minimnya fleksibilitas anggaran dan SDM, hingga belum efektifnya regulasi penangkal penghindaran pajak.

“Praktik aggressive tax avoidance makin canggih. Aturan kita belum cukup untuk melawan strategi perusahaan multinasional, bahkan ada PMA yang 10 tahun tidak bayar pajak,” ungkapnya berdasarkan riset disertasinya.

Ning menekankan prinsip-prinsip dasar bagi pembentukan lembaga pengelola pajak yang efektif struktur yang jelas, spesialisasi dan koordinasi yang baik, komitmen terhadap pelayanan publik, fleksibilitas, pengawasan internal, penggunaan teknologi informasi, dan partisipasi masyarakat dalam kebijakan.

“Kalau kita mau bentuk BPN, pastikan bukan hanya tukar nama. Pastikan manusianya siap, sistemnya kokoh, dan masyarakat ikut dilibatkan,” tutupnya. (bl)

id_ID