IKPI, Jakarta: Pajak properti dapat menjadi pengeluaran besar bagi rumah tangga, dan beberapa faktor dapat mempengaruhi besarnya tagihan, menurut penelitian. Retribusi ini, yang biasanya mendanai layanan publik, seperti pendidikan K-12, polisi dan pemadam kebakaran, mungkin sulit untuk dibandingkan antar yurisdiksi.
Namun ada empat alasan utama perbedaan tersebut: ketergantungan pada pajak properti, nilai properti, belanja daerah dan klasifikasinya, menurut laporan baru dari Lincoln Institute of Land Policy dan Minnesota Center for Fiscal Excellence.
“Di beberapa komunitas, penduduk lokal bersedia membayar pajak lebih tinggi namun mengharapkan pengeluaran lebih tinggi untuk hal-hal seperti taman umum dan jaringan transportasi umum yang kuat,” kata Katherine Loughead, analis kebijakan senior di Pusat Kebijakan Pajak Negara di Tax Foundation.
“Di komunitas lain, warga kurang tertarik pada biaya fasilitas umum namun ingin membayar pajak lebih rendah.”
Pajak properti “sangat berperan” sebagai sumber pendapatan daerah, namun Loughead menekankan bahwa setiap komunitas memiliki prioritas dan tujuan penganggaran yang berbeda.
Mengutip dari CNBC, Kamis (31/8/2023), berikut adalah lima tarif pajak properti efektif tertinggi untuk rumah dengan nilai median pada tahun 2022:
1.Detroit: 3,21%
2.Newark, New Jersey: 3,20%
3.Aurora, Illinois: 3,04%
4.Bridgeport, Connecticut: 3,04%
5.Portland, Oregon: 2,59%
Tarif pajak efektif rata-rata untuk rumah dengan nilai median adalah 1,32% pada tahun 2022, berdasarkan analisis laporan kota terbesar di setiap negara bagian.
Tentu saja, kota-kota dengan tarif pajak efektif yang tinggi masih dapat memiliki tagihan pajak properti yang relatif rendah, berdasarkan nilai rumah.
Misalnya, Los Angeles dan Wichita, Kansas, memiliki tarif pajak efektif yang serupa, yaitu sekitar 1,16%. Namun pemilik rumah di Los Angeles memiliki tagihan pajak properti yang jauh lebih tinggi karena nilai median rumah yang jauh lebih tinggi. (bl)