Trump Desak Eropa Hukum India dan China dengan Tarif 100% atas Minyak Rusia

IKPI, Jakarta: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan tekanan baru terhadap Uni Eropa (UE). Ia mendesak blok tersebut untuk memberlakukan tarif hingga 100% terhadap India dan China atas pembelian minyak dari Rusia. Menurut Trump, langkah itu akan mempersempit sumber pendanaan Moskow dan memaksa Presiden Vladimir Putin menghentikan perang di Ukraina.

“Trump ingin UE lebih tegas terhadap India dan China, dua pembeli utama minyak Rusia, demi menutup jalur pendanaan perang Putin,” ungkap seorang sumber yang mengetahui isi pertemuan, dikutip dari Financial Times, Rabu (10/9/2025).

Washington sendiri siap mengikuti jejak serupa jika Eropa bergerak. Saat ini, AS sudah mengenakan tarif tambahan 25% atas impor dari India, sehingga total bea masuk mencapai 50%. Namun, New Delhi mengecam kebijakan itu sebagai tindakan yang “tidak adil, tidak beralasan, dan tidak masuk akal.”

Data menunjukkan ketergantungan India dan China pada minyak Rusia terus meningkat. Perdagangan India dengan Rusia melonjak hingga US$68,7 miliar (Rp 1.126.500 triliun) per Maret 2025, hampir enam kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Sementara itu, China masih menjadi pembeli terbesar minyak Rusia dan sejauh ini berhasil menghindari tarif sekunder setelah mencapai kesepakatan yang menurunkan bea produk-produk ekspornya ke AS menjadi 30%.

Desakan Trump datang setelah pertemuannya dengan Putin di Alaska bulan lalu gagal menghasilkan terobosan nyata bagi perdamaian Ukraina. Meski mengaku ada sedikit kemajuan, Trump mengakui proses masih jauh dari kata final.

Alih-alih mereda, Putin justru semakin mempererat hubungan dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam forum Organisasi Kerja Sama Shanghai di Beijing pekan lalu.

Trump sendiri mencoba menjaga hubungan hangat dengan Modi. Dalam unggahannya di X, ia menyebut, “Modi adalah teman yang sangat baik. Saya yakin tidak akan ada kesulitan untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang sukses.”

Namun, jalur diplomasi Washington dengan Beijing tampak lebih berliku. Kunjungan negosiator perdagangan China, Li Chenggang, ke Washington akhir Agustus lalu hanya menghasilkan sedikit kemajuan dan belum membuka jalan bagi kesepakatan yang lebih besar. (alf)

 

en_US